MAQAM (Stasiun) Taubat sudah dikemukakan Jumat lalu. Maka pembinaan Akhlak yang lain dalam tasawuf bernama Zuhd (Zuhud), artinya membelakangi dunia. Pengertian tersebut tidak arif, karena kita masih hidup di dunia. Yang benar, karena tujuan mencari kesucian, ialah tidak gila dunia, tapi juga tidak membencinya.
Dunia ini dihadapi apa adanya.. Harus berjuang menghadapinya,tapi bukan menjadi tujuan primer. Peranannya tidak lebih sebagai sasaran antara untuk mencapai kebahagiaan akhirat.Bukan seperti yang disebut orang ( Hadis dha’if) Ta’isyu abada (Akan hidup selama-lamanya).
Karena falsafah dha’if yang dianut, banyak orang Terjatuh kehancurkan dan hidup korup, dengan mengejar harta 7 turunan, dan menghidupkan kapitalisme.
Pada abad I dan II H, Tasawuf belum dikenal. Tapi sudah ada bibit-bibit praktek sebagian sahabat dan melahirkan profil maqam Zuhud (Zahid) dari Hasan Basri, namun . tidak persis zuhudnya. yang dikenal sufi (tarekat) sekarang.
(1) Zuhud Hasan Basri dan sahabat waktu itu bentuknya amaliah, (praktek kongkret) dengan fase tasawuf yang lain, yaitu tidak menganut salah satu teori atau kaedah tertentu.
(2) Ciri utamanya hanya meladeni kaum yang saleh.
(3) Dasar dan sumber asasinya adalah Al-Quran, Sunnah dan Sahabatnya.
(4) Pada fase ini Zuhud belum terpengaruh dari luar Islam.
Pada paruh III H, sufi yang mulanya praktek perseorangan, berubah dan meng organisasikan diri dalam kelompok, dengan nama tarekat ( jalan )..Setiap tarekat, mempunyai Mursyid ( Pembimbing ) dan semua muurid, wajib tunduk kepadanya. Akibatnya, melahirkan fanatisme buta yang negative, karena tidak mau lagi mendengar dakwah Syekh lain, yang kapasitas keilmuannya lebih tinggi, dibandingkan Mursyidnya.Zuhud mereka membenci dunia, akhirnya jatuh miskin dan membawa kemunduran dan kemalasan, karena hanya tinggal bertasbih di dalam mesjid. Cara ritual yang semacam ini, sangat dibenci oleh Umar, sehingga pernah terjadi, Umar mengusir mereka yang hanya tinggal bertasbih dalam Mesjid dan tidak pergi mencari rezeki, untuk isteri dan anaknya.
Cara zuhud seperti ini bertentangan Al-Quran yang berbunyi “ FANTASYIRU FIL ARDHI ” ( Kalau selesai salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi mencari kurnia Allah ( QS. Al-Jum’ah 1O ).
Juga bertentangan ayat lain “ Dan carilah yang diberikan Allah kepadamu, kampung akhirat dan janganlah kamu lupakan nasibmu di dunia dan berbuat baiklah kepada Allah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu (Q.S. Al- Qasas 77)
Ayat ini diperkuat oleh hadis yang berbunyi (artinya) : Bukanlah orang yang terbaik diantara kalian, jika meninggalkan dunianya, untuk urusan akhiratnya. Tapi yang terbaik, diantara kalian, ialah orang yang mengambil dunia dan akhiratnya, secara bersama-sama.(HR.Ahmad).
Ketika Rasul mendengar ada seorang sahabat yang puasa terus dan tidak mau berbuka sampai malam, Rasul berkata “ Siapakah yang memerintahkan untuk menyiksa diri, ? !. (Beliau mengulang 3 kali). (HR.Ahmad).
Yang mendorong adanya Zuhud menurut Al-Quran, “ Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan sendagurau dan main-main. Dan sesungguhnya, akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.(QS. Al- Ankabut 64).
Diperkuat ayat lain :”Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak, dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kenikmatan hidup di dunia, (tapi) disisi Allah adalah tempat yang terbaik (surga) (QS. Ali Imran 14).
Menurut Tafsir Nur Al-Qur’an :Kecintaan kepada perempuan yang berketurunan dengan anak yang pintar sebagai kewajaran bagi manusia.
Karena wanita adalah daya tariknya sangat tinggi. Terkadang dari hal yang wajar, tapi akibat bisikan setan dan orang-orang disekitar kita, gampang mendatangkan bencana. Sebab itu perempuan harus dijaga, diawasi dan dipelihara dengan arif. Terlalu ketat patah, terlalu longgar, menghanyutkan. Itu sebab, waktu Rasul hendak wafat “ yang diwasiatkan umatnya “ Jagalah kaum wanita dan jagalah salat 5 waktu, kalau wanita tidak dijaga, hancur Negara dan kalau salat tidak dijaga hancurlah agama. Di lain hadisnya “ Aku rindu dunia ialah kaum wanita, wangi-wangian an ketenangan mataku, dalam melakukan salat.
Jadi, makna nikmat yang bagaimanapun di dunia, jauh masih lebih unggul bersama Allah di akhirat, sebagai tempat tinggal yang lebih baik dan abadi. Sebab itu dunia bukan hidup yang sebenarnya. (hal 117)
Alhasil dari kedua ayat dan hadis, tidak ada satupun yang memerintahkan, membenci dunia. Hanya memperingati, bahwa kehidupan dunia ini adalah ilusi dan fatamorgana dan tidak mungkin hidup puas, karena nanti diakhiratlah hidup yang sebenarnya.
Jadi, zuhud menurut Al- Qur’an, boleh kaya dan memiliki semua kecenderungan, sesuai ayat diatas, asal memperolehnya dengan wajar ( halal ) dan selalu mengeluarkan sebagiannya untuk zakat infak dan sadakah.
Syukur:
Syukur artinya berterima kasih,dan menempatkan segala pemberian Allah kepada yang diridhaiNya.
Dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat betapa perlunya bersyukur sesudah hidup zuhud
“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS. 16 : 78).
Menurut ulama Tafsir, kesyukuran pertama bagi manusia, karena diberi hidup dunia yang dilengkapi saranan pendengaran, penglihatan dan hati yang menyebabkan dapat beriman, berilmu, bekerja dan berusaha, selanjutkan hidup dunia dibawah asuhan dan buaian orangtuanya yang mendidik bertahun-tahun sampai menjadi dewasa. Yaitu karena memberi fasilitas berupa kekayaan dunia. Agar kekayaan berlanjut diakhirat yang lebih baik, maka diharuskan selalu bersyukur kepadaNya.
Penyiksaan dan penderitaan yang dialami manusia, baik didunia atau diakhirat kelak, akibat ulah manusia sendiri, jika tidak pandai bersyukur dan memanfaatkan kekayaan alam yang disediakan lebih dahulu.
Menurut Zubrat Tafsir, ayat diatas menjelaskan agar kita syukuri denmgan kelahiran melalui perantaraan ibu. Disamping itu, hendaknya selalu menyadari, bagaimana keadaan diri sewaktu masih kecil, pada mulanya tidak mengetahui sesuatu, kemudian dilengkapi sarana yang dapat merekam ilmu dan teknologi, sehingga berprestasi. Artinya, agar semua pemberian itu dihargai.
Lalu pemberian amanah seperti itu disyukuri dengan jalan mengamalkannya pemberian kepada yang diridhaiNya, dan bukan sebaliknya. Sesuai syariat, sebagai petunjuk, karena orang yang tidak bersyukur, menyebabkan datangnya penderitaan, (siksaan) dengan tiba-tiba dan berkepanjangan.
Disebutkan Al-Qur’an “ Tuhan tidak akan menyiksa kamu, selama kamu tetap dalam iman dan selalu dalam syukur.Dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahi (QS. 4: 147). Ulama Tafsir menjelaskan, tidak mungkin Tuhan memberikan siksaan dan penderitaan (musibah) kepada hambaNya selama hamba itu memegang teguh iman dan selalu mensyukuri pemberianNya.
Dikiaskan, penderitaan yang dialami di tanah air sekarang, secara berentetan seperti kata orang, kayaknya sudah seperti arisan, adalah termasuk ulah manusia sendiri yang menyia-nyiakan pemberian, yang tidak menyalurkan kepada yang diridhaiNya.
Tawakal :
Zunnun Al-Misri menyebutkan yang disebut tawakal, “ Melepaskan diri dari bantuan dan meninggalkan sebab-sebab”.( 264).
Dalam Al- Qur’an, disebutkan berapa ayat :
1) Dan hanya Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang mukmin ( QS. Al-Maidah 23)
2) Dan hanya kepada Allah saja, orang-orang bertawakal itu, berserah diri. ( QS. 14:12)
3) Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah mencukupkan keperluannya (QS.Al-Thalaq 3)
Tawakal menurut sufi ada 3 derajat:
Pertama, yaitu keyakinan seseorang akan tanggung jawab dan pemeliharaan Allah, sama keyakina tangan kanannya (orang kepercayaannya)
Kedua, derajat lebih tinggi dari yang pertama.
Ketiga, yang tertinggi, yaitu memposisikan diri dihadapan Allah, ibarat mayit dengan posisi yang memandikannya.
Tawakal pertama masih melakukan usaha. Kedua, hanya berdoa. Ketiga, tidak lagi berusaha dan berdoa (meminta).
Tawakal yang benar, sesuai Al-Qur’an, ialah tawakal yang tetap ada usaha, meminta (doa) dan beramal (bekerja). Disebut Al-Qur’an Fantasyiru ( jika selesai salat, bertebaranlah kamu dimuka bumi (QS.Al-Jum’ah 1O).